Rabu, 16 November 2016

Makna kemiskinan dan hubungannya dengan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab




LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA MISKIN
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PANCASILA DAN KEWARNEGARAAN




DI SUSUN OLEH:
1.      EDIYANTO SITEPU                      NPM 164110164
2.      FEGA ABDILLAH                          NPM 164110196
3.      ILHAM AGHI                                  NPM 164110142
4.      MUHAMMAD REZA                      NPM 164110198
5.      SELLA WATI                                  NPM 164110153
6.      SELVIONA RIVELIA                    NPM 164110142
                                                                                         


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2016


 
                                           
    a. Latar Belakang
Perbedaan derajat, ras, agama serta kedudukan menumbuh kembangkan implementasi nilai-nilai pancasila pada diri generasi muda dalam kehidupan bermasyarakat, namun yang akhir-akhir ini dirasakan mulai memudar/ terkikis oleh kemodernan zaman. Serta kurangnya rasa sosial sering kali menjadi kendala dalam diri generasi muda untuk merasakan kepedulian terhadap orang yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi.
Untuk itu kunjungan ini dilaksanakan untuk menambahkan pengalaman mahasiswa dalam memaknai nilai-nilai yang terkandung pada pacasila khususnya sila kedua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Kunjungan ini juga dilakukan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa akan pentingnya rasa kepedulian, rasa cinta kasih antara sesama, dan pentingnya rasa menghormati dan membantu sesama sebagai umat manusia.
     

b. Tujuan Kunjungan
Untuk mengetahui secara langsung kondisi dan keadaan masyarakat yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi sekaligus menumbuhkan rasa empati dan kepedulian kepada sesama sebagai wujud penghayatan sila kedua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab.

C.    Manfaat Kunjungan
Dengan melakukan kunjungan ini diharapkan dapat mengambil hikmah dan manfaat betapa indahnya hidup saling berbagi antara satu dan lainnya, serta memberikan kita kesadaran akan pentingnya penegakan keadilan, baik kepada orang lain ataupun diri sendiri dan memperluas hubungan silaturahmi antar sesama.

D.    Pelaksanaan Kunjungan
Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 08 November 2016. Lokasi kunjungan di Jl. Santiana, Kec. Marpoyan Damai, Kel. Maharatu, Pekanbaru, Riau. Kediaman Ibu Sulastri.

E.     Kondisi DiLokasi
1. Kondisi Fisik Rumah
            Rumah yang sederhana setengah permanen, berdinding papan, berlantai semen, beratap seng, berjendela papan, berukuran ± 7m x 5m, status kepemilikan rumah yaitu dipinjamkan oleh saudara kandung, sudah masuk listrik.
2. Kondisi Penghuni Rumah
            Rumah dihuni oleh 4 orang, yaitu bapak, ibu, dan kedua anaknya.
a) Identitas Bapak
                Nama                                      : Wardi
                Umur                                       : 28 tahun
                Agama                                     : Islam
                Pekerjaan                                 : Petani
                Asal                                         : Riau (Melayu)
                Pendidikan                               : SD
   Ciri Fisik                                   : Tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, tinggi badan                                                 ±150cm, rambut hitam, kulit kecoklatan, anggota tubuh lengkap
    Pendapatan                              : 2,5 – 3 juta rupiah per bulan
                Status                                      : Menikah dengan 1 istri dan memiliki dua anak
                Tinggal                                     : Bersama istri dan anak-anaknya

            b) Identitas Ibu
    Nama                        : Sulastri
    Umur                         : 40 tahun
    Agama                       : Islam
    Pekerjaan                   : Petani (Membantu suami), Ibu rumah tangga
    Asal                           : Jawa
    Pendidikan                 : SD
 Ciri Fisik       : Badan agak gemuk, tinggi badan ±140cm, rambut hitam,                                                    kulit sawo matang, anggota tubuh lengkap
Pendapatan               : - (Karena penghasilan berasal dari usaha tani yang                     
               dilakukan bersama suami)
                           Status                         : Menikah dengan 1 suami dan memiliki dua anak
                           Tinggal                        : Bersama suami dan anak-anaknya
  
   .     Hasil Kunjungan
Kisah hidup sebuah keluarga yang sederhana, tinggal disebuah rumah setengah permanen yang sangat sederhana, di jalan Santiana, kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru. Kisah hidup yang memberikan kita pelajaran bahwa hidup dalam kekurangan/ kemiskinan bukanlah alasan untuk membuat kita patah semangat dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Mereka (tidak termasuk anak) dipinjamkan rumah oleh saudara kandungnya pada tahun 2004, pada tahun 2004 itu juga mereka menempati rumah tersebut, mereka saat itu sama-sama pengangguran, lalu mereka berdiskusi akan pekerjaan apa yang mestinya mereka lakoni, awalnya bapak Wardi selaku kepala rumah tangga memutuskan untuk menjadi tukang bangunan, namun beliau melihat lebih jauh akan pekerjaan tersebut, beliau berpendapat bahwa menjadi tukang bangunan ketika kita kerja selama 1 minggu lalu digaji, namun setelah itu terkadang kita nganggur lagi bahkan sampai hitungan bulan karena menunggu adanya tawaran pekerjaan bangunan, lalu beliau memutuskan untuk menjadi petani, dan istrinya turut serta membantu ikut menjadi petani. Namun, setelah mereka menetapkan pekerjaan mereka, mereka memiliki kendala baru, yaitu “Petani harus punya lahan pertanian, sedangkan kita disini belum punya apa-apa”, ucap pak Wardi.
Beliau menceritakan bahwa dahulu kepemilikan tanah berdasarkan siapa cepat dia dapat, namun sayangnya semua area lahan/ tanah telah dimiliki orang, namun belum difungsikan. Timbullah inisiatif pak Wardi untuk melakukan kontrak kerjasama dengan pemilik tanah. Singkat cerita mereka telah mendapatkan lahan pertanian meski meminjam, namun masalah baru muncul, yaitu benih, dengan uang yang ada mereka hanya sanggup membeli benih yang biasa (tidak unggul). Lagi-lagi masalah baru muncul, yaitu pupuk dan obat (pestisida, herbisida, dll). Karena belum ada pemasukan penghasilan mereka menggunakan bahan sederhana berasal dari limbah/ sisa untuk dijadikan pupuk dan obat. Semakin lama waktu berjalan lahan yang dipinjam pak Wardi semakin banyak dan luas, karena setiap hari pak Wardi mendatangi tempat pemilik tanah yang belum difungsikan. Jika mereka tidak ada uang untuk makan, mereka memanfaatkan dari apa yang mereka budidayakan untuk dimakan.
Singkat cerita, sekarang lahan yang mereka pinjam berangsur diambil alih kembali oleh pihak pemilik tanah, karena sebagian pemilik tanah ada yang mau budidaya pertanian dan ada yang mau membangunkan rumah, sehingga lahan mereka semakin sedikit. Dan mereka memiliki dua anak dimana anak pertama sekarang sedang duduk dibangku sekolah menengah pertama kelas 2, dan anak yang kedua sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 5. Mereka rata-rata berpenghasilan 2,5 – 3 juta rupiah perbulan, dengan rata-rata pengeluaran 1,5 – 2,5 juta perbulan, pengeluaran ini merupakan pengeluaran tak terduga. Karena terkadang ada musibah seperti gagal panen yang menyebabkan mereka tidak mendapatkan hasil, lalu darimana mereka membeli modalnya kembali. Soal rezeki pasti sudah diatur-Nya dan tiada yang tahu, ketika mereka mendapatkan hasil dari hasil budidaya pertaniannya, mereka gunakan untuk modal pertanian lagi, untuk biaya sekolah anak. Mereka belum memiliki tabungan modern seperti bank, koperasi, dsb. Tetapi mereka masih menggunakan sistem tabungan celengan. Mereka secara perlahan memenuhi kebutuhan permanen mereka seperti kipas, sepeda motor, hp, tv, sepeda dll. Tetapi semuanya dibeli dalam keadaan bekas.
Tinggal disebuah rumah yang berdindingkan papan dan berlantaikan semen dengan alas karpet sederhana yang tak mampu menutup keseluruhan lantai, disitulah kami berbincang-bincang dengan mereka. Merupakan kisah pilu bila diperhatikan secara kasat mata. Namun bagi mereka, kehidupan yang mereka jalani merupakan sebuah anugerah yang luar biasa dari Tuhan kepada mereka. “Alhamdulillah apapun yang terjadi, istriku selalu senantiasa membantu saya, karena saya juga sering melihat mereka diluarsana yang bercukupan lebih tapi hidupnya tak senang dan tak tenang karena kurangnya keharmonisan”, ucap pak Wardi. Dari hasil pendapatan yang sering pas-pasan, agar kebutuhan mereka terpenuhi mereka menanamkan sifat untuk menahan selera/ keinginan, “Apapun yang kita inginkan jangan terlalu berharap lebih untuk mendapatkannya. Utamakan kebutuhan dahulu, jangan keinginan”, ucap pak Wardi. Bantuan yang pernah mereka terima langsung belum ada, namun bantuan dari anaknya yang berasal dari Dana BOS berupa uang dan buku. Bapak Wardi adalah sosok kepala keluarga yang ramah, baik, hal ini dibuktikan oleh ketika kedatangan kami berkunjung kerumahnya disambut dengan hangat oleh beliau, dengan penuh kesabaran dan keramahan meladeni kami untuk mewawancarinya dan bersedia berbagi pengalam dan kisah hidup beliau dengan kami. Beliau juga inovatif dan selalu mencoba hal baru.
Setiap orang pasti punya harapan, begitu juga dengan mereka, mereka punya harapan yang pertama yaitu mempunyai tanah sendiri, karena rumah, dan lahan pertanian mereka masih meminjam dari orang. Harapan selanjutnya ialah agar pemerintah lebih peka terhadap kondisi rakyat menengah kebawah, terutama petani-petani, karena selama ini mereka belum pernah dikunjungi pemerintah maupun instansi mungkin untuk bantuan atau hanya sekedar gelar seminar/ penyuluhan. Mereka berharap pemerintah lebih peka terhadap petani, karena tanpa petani, Indonesia tidak bakal maju. Bayangkan saja petani diacuhkan negara, petani akan berlaku seenaknya, membakar hutan untuk membuka lahan, tetapi ketika mereka membuka lahan setelah dibersihkan dan difungsikan, malah datang pemerintah atau instansi yang menggusur lahan petani karena pemerintah mengaku itu tanah negara, dan memang petani tidak izin dahulu untuk membuka lahan. Maka dari itu pak Wardi berharap bahwa pemerintah menyediakan lahan pertanian yang tetap untuk petani, bantuan seperti obat, pupuk, dan benih dari pemerintah diberikan ke petani.
Setelah kami berbincang-bincang dengan mereka, kami memberikan santunan berupa beberapa bahan pangan untuk kebutuhan sehari-hari, sebagai wujud rasa empati dan kepedulian kepada sesama dan penghayatan sila kedua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab.

G.    Kesimpulan
Kisah hidup yang tergambar dari kehidupan keluarga bapak Wardi merupakan satu dari sekian banyak permasalahan kemiskinan yang ada di negeri ini. Apa yang dihadapi beliau merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi kita jumpai. Hal ini merupakan hasil dari ketidakadilan yang ada di negeri ini. Ironis memang ditengah banyaknya usaha dan program pemerintah dalam mengurangi angka-angka kemiskinan yang ada di negeri ini. Namun kenyataannya masih banyak angka kemiskinan. Perhatian pemerintah terhadap hak-hak masyarakat kecil belum terlalu baik bahkan sangat memprihatinkan.
Makna kemiskinan seringkali dipahami sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan, dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar sehari-hari. Namun berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan kami memaknai kemiskinan yaitu keadaan yang benar-benar pas-pasan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, jarangnya kecukupan yang berlebih namun dengan keadannya tersebut tidak membuat dia putus asa menjadi peminta-minta, tetapi menjadikan semangat untuk kerja lebih keras lagi demi mencapai kecukupan yang berlebih.
Makna sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu pada umumnya diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati harkat dan martabat orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan  sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Namun berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan kami melihat bahwa ada ketidakadilan. Seperti didaerah A mendapat bantuan alat dan mesin pertanian sedangkan di tempat kunjungan tidak. Sehingga kami memaknai sila kedua,  kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu bertindak adil dan beradap; mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Sehingga menjamin diakui dan diperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.













H. Dokumentasi
         
Rumah tampak belakang                              Rumah tampak depan

       
Proses berbincnag-bincang                       Pemberian santunan








Foto bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar