LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA
MISKIN
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH
PANCASILA DAN KEWARNEGARAAN
DI
SUSUN OLEH:
1.
EDIYANTO
SITEPU NPM 164110164
2.
FEGA
ABDILLAH NPM
164110196
3.
ILHAM
AGHI NPM
164110142
4.
MUHAMMAD
REZA NPM 164110198
5.
SELLA
WATI NPM 164110153
6.
SELVIONA
RIVELIA NPM 164110142
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
2016
a. Latar
Belakang
Perbedaan
derajat, ras, agama serta kedudukan menumbuh kembangkan implementasi
nilai-nilai pancasila pada diri generasi muda dalam kehidupan bermasyarakat,
namun yang akhir-akhir ini dirasakan mulai memudar/ terkikis oleh kemodernan
zaman. Serta kurangnya rasa sosial sering kali menjadi kendala dalam diri
generasi muda untuk merasakan kepedulian terhadap orang yang kurang beruntung
dalam bidang ekonomi.
Untuk itu
kunjungan ini dilaksanakan untuk menambahkan pengalaman mahasiswa dalam
memaknai nilai-nilai yang terkandung pada pacasila khususnya sila kedua yakni
kemanusiaan yang adil dan beradab. Kunjungan ini juga dilakukan untuk
memberikan gambaran kepada mahasiswa akan pentingnya rasa kepedulian, rasa
cinta kasih antara sesama, dan pentingnya rasa menghormati dan membantu sesama
sebagai umat manusia.
b. Tujuan
Kunjungan
Untuk
mengetahui secara langsung kondisi dan keadaan masyarakat yang kurang beruntung
dalam bidang ekonomi sekaligus menumbuhkan rasa empati dan kepedulian kepada
sesama sebagai wujud penghayatan sila kedua yakni kemanusiaan yang adil dan
beradab.
C.
Manfaat
Kunjungan
Dengan
melakukan kunjungan ini diharapkan dapat mengambil hikmah dan manfaat betapa
indahnya hidup saling berbagi antara satu dan lainnya, serta memberikan kita
kesadaran akan pentingnya penegakan keadilan, baik kepada orang lain ataupun
diri sendiri dan memperluas hubungan silaturahmi antar sesama.
D.
Pelaksanaan
Kunjungan
Kunjungan
dilaksanakan pada tanggal 08 November 2016. Lokasi kunjungan di Jl. Santiana,
Kec. Marpoyan Damai, Kel. Maharatu, Pekanbaru, Riau. Kediaman Ibu Sulastri.
E.
Kondisi
DiLokasi
1.
Kondisi Fisik Rumah
Rumah yang sederhana setengah
permanen, berdinding papan, berlantai semen, beratap seng, berjendela papan,
berukuran ± 7m x 5m, status kepemilikan rumah yaitu dipinjamkan oleh saudara
kandung, sudah masuk listrik.
2.
Kondisi Penghuni Rumah
Rumah dihuni oleh 4 orang, yaitu
bapak, ibu, dan kedua anaknya.
a)
Identitas Bapak
Nama : Wardi
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Asal : Riau (Melayu)
Pendidikan : SD
Ciri Fisik : Tidak terlalu
kurus dan tidak terlalu gemuk, tinggi badan ±150cm, rambut hitam, kulit kecoklatan,
anggota tubuh lengkap
Pendapatan : 2,5 – 3 juta rupiah
per bulan
Status : Menikah dengan 1
istri dan memiliki dua anak
Tinggal : Bersama istri dan
anak-anaknya
b) Identitas Ibu
Nama :
Sulastri
Umur :
40 tahun
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Petani (Membantu suami), Ibu rumah tangga
Asal :
Jawa
Pendidikan :
SD
Ciri Fisik :
Badan agak gemuk, tinggi badan ±140cm, rambut hitam, kulit sawo matang, anggota tubuh lengkap
Pendapatan : - (Karena penghasilan berasal dari usaha tani
yang
dilakukan bersama suami)
dilakukan bersama suami)
Status : Menikah dengan 1
suami dan memiliki dua anak
Tinggal : Bersama suami dan anak-anaknya
.
Hasil
Kunjungan
Kisah
hidup sebuah keluarga yang sederhana, tinggal disebuah rumah setengah permanen
yang sangat sederhana, di jalan Santiana, kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru.
Kisah hidup yang memberikan kita pelajaran bahwa hidup dalam kekurangan/
kemiskinan bukanlah alasan untuk membuat kita patah semangat dalam menghadapi
kerasnya kehidupan. Mereka (tidak termasuk anak) dipinjamkan rumah oleh saudara
kandungnya pada tahun 2004, pada tahun 2004 itu juga mereka menempati rumah
tersebut, mereka saat itu sama-sama pengangguran, lalu mereka berdiskusi akan
pekerjaan apa yang mestinya mereka lakoni, awalnya bapak Wardi selaku kepala
rumah tangga memutuskan untuk menjadi tukang bangunan, namun beliau melihat
lebih jauh akan pekerjaan tersebut, beliau berpendapat bahwa menjadi tukang
bangunan ketika kita kerja selama 1 minggu lalu digaji, namun setelah itu
terkadang kita nganggur lagi bahkan sampai hitungan bulan karena menunggu
adanya tawaran pekerjaan bangunan, lalu beliau memutuskan untuk menjadi petani,
dan istrinya turut serta membantu ikut menjadi petani. Namun, setelah mereka
menetapkan pekerjaan mereka, mereka memiliki kendala baru, yaitu “Petani harus
punya lahan pertanian, sedangkan kita disini belum punya apa-apa”, ucap pak
Wardi.
Beliau
menceritakan bahwa dahulu kepemilikan tanah berdasarkan siapa cepat dia dapat,
namun sayangnya semua area lahan/ tanah telah dimiliki orang, namun belum
difungsikan. Timbullah inisiatif pak Wardi untuk melakukan kontrak kerjasama
dengan pemilik tanah. Singkat cerita mereka telah mendapatkan lahan pertanian
meski meminjam, namun masalah baru muncul, yaitu benih, dengan uang yang ada
mereka hanya sanggup membeli benih yang biasa (tidak unggul). Lagi-lagi masalah
baru muncul, yaitu pupuk dan obat (pestisida, herbisida, dll). Karena belum ada
pemasukan penghasilan mereka menggunakan bahan sederhana berasal dari limbah/
sisa untuk dijadikan pupuk dan obat. Semakin lama waktu berjalan lahan yang
dipinjam pak Wardi semakin banyak dan luas, karena setiap hari pak Wardi
mendatangi tempat pemilik tanah yang belum difungsikan. Jika mereka tidak ada
uang untuk makan, mereka memanfaatkan dari apa yang mereka budidayakan untuk
dimakan.
Singkat
cerita, sekarang lahan yang mereka pinjam berangsur diambil alih kembali oleh
pihak pemilik tanah, karena sebagian pemilik tanah ada yang mau budidaya
pertanian dan ada yang mau membangunkan rumah, sehingga lahan mereka semakin
sedikit. Dan mereka memiliki dua anak dimana anak pertama sekarang sedang duduk
dibangku sekolah menengah pertama kelas 2, dan anak yang kedua sedang duduk
dibangku sekolah dasar kelas 5. Mereka rata-rata berpenghasilan 2,5 – 3 juta
rupiah perbulan, dengan rata-rata pengeluaran 1,5 – 2,5 juta perbulan,
pengeluaran ini merupakan pengeluaran tak terduga. Karena terkadang ada musibah
seperti gagal panen yang menyebabkan mereka tidak mendapatkan hasil, lalu
darimana mereka membeli modalnya kembali. Soal rezeki pasti sudah diatur-Nya
dan tiada yang tahu, ketika mereka mendapatkan hasil dari hasil budidaya
pertaniannya, mereka gunakan untuk modal pertanian lagi, untuk biaya sekolah
anak. Mereka belum memiliki tabungan modern seperti bank, koperasi, dsb. Tetapi
mereka masih menggunakan sistem tabungan celengan. Mereka secara perlahan
memenuhi kebutuhan permanen mereka seperti kipas, sepeda motor, hp, tv, sepeda
dll. Tetapi semuanya dibeli dalam keadaan bekas.
Tinggal
disebuah rumah yang berdindingkan papan dan berlantaikan semen dengan alas
karpet sederhana yang tak mampu menutup keseluruhan lantai, disitulah kami berbincang-bincang
dengan mereka. Merupakan kisah pilu bila diperhatikan secara kasat mata. Namun
bagi mereka, kehidupan yang mereka jalani merupakan sebuah anugerah yang luar
biasa dari Tuhan kepada mereka. “Alhamdulillah apapun yang terjadi, istriku
selalu senantiasa membantu saya, karena saya juga sering melihat mereka
diluarsana yang bercukupan lebih tapi hidupnya tak senang dan tak tenang karena
kurangnya keharmonisan”, ucap pak Wardi. Dari hasil pendapatan yang sering
pas-pasan, agar kebutuhan mereka terpenuhi mereka menanamkan sifat untuk
menahan selera/ keinginan, “Apapun yang kita inginkan jangan terlalu berharap
lebih untuk mendapatkannya. Utamakan kebutuhan dahulu, jangan keinginan”, ucap
pak Wardi. Bantuan yang pernah mereka terima langsung belum ada, namun bantuan
dari anaknya yang berasal dari Dana BOS berupa uang dan buku. Bapak Wardi
adalah sosok kepala keluarga yang ramah, baik, hal ini dibuktikan oleh ketika
kedatangan kami berkunjung kerumahnya disambut dengan hangat oleh beliau,
dengan penuh kesabaran dan keramahan meladeni kami untuk mewawancarinya dan
bersedia berbagi pengalam dan kisah hidup beliau dengan kami. Beliau juga
inovatif dan selalu mencoba hal baru.
Setiap
orang pasti punya harapan, begitu juga dengan mereka, mereka punya harapan yang
pertama yaitu mempunyai tanah sendiri, karena rumah, dan lahan pertanian mereka
masih meminjam dari orang. Harapan selanjutnya ialah agar pemerintah lebih peka
terhadap kondisi rakyat menengah kebawah, terutama petani-petani, karena selama
ini mereka belum pernah dikunjungi pemerintah maupun instansi mungkin untuk
bantuan atau hanya sekedar gelar seminar/ penyuluhan. Mereka berharap
pemerintah lebih peka terhadap petani, karena tanpa petani, Indonesia tidak
bakal maju. Bayangkan saja petani diacuhkan negara, petani akan berlaku
seenaknya, membakar hutan untuk membuka lahan, tetapi ketika mereka membuka
lahan setelah dibersihkan dan difungsikan, malah datang pemerintah atau
instansi yang menggusur lahan petani karena pemerintah mengaku itu tanah negara,
dan memang petani tidak izin dahulu untuk membuka lahan. Maka dari itu pak
Wardi berharap bahwa pemerintah menyediakan lahan pertanian yang tetap untuk
petani, bantuan seperti obat, pupuk, dan benih dari pemerintah diberikan ke
petani.
Setelah
kami berbincang-bincang dengan mereka, kami memberikan santunan berupa beberapa
bahan pangan untuk kebutuhan sehari-hari, sebagai wujud rasa empati dan
kepedulian kepada sesama dan penghayatan sila kedua yakni kemanusiaan yang adil
dan beradab.
G.
Kesimpulan
Kisah
hidup yang tergambar dari kehidupan keluarga bapak Wardi merupakan satu dari
sekian banyak permasalahan kemiskinan yang ada di negeri ini. Apa yang dihadapi
beliau merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi kita jumpai. Hal ini
merupakan hasil dari ketidakadilan yang ada di negeri ini. Ironis memang
ditengah banyaknya usaha dan program pemerintah dalam mengurangi angka-angka
kemiskinan yang ada di negeri ini. Namun kenyataannya masih banyak angka
kemiskinan. Perhatian pemerintah terhadap hak-hak masyarakat kecil belum
terlalu baik bahkan sangat memprihatinkan.
Makna
kemiskinan seringkali dipahami sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya
tingkat pendapatan, dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar sehari-hari. Namun
berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan kami memaknai kemiskinan yaitu
keadaan yang benar-benar pas-pasan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya,
jarangnya kecukupan yang berlebih namun dengan keadannya tersebut tidak membuat
dia putus asa menjadi peminta-minta, tetapi menjadikan semangat untuk kerja
lebih keras lagi demi mencapai kecukupan yang berlebih.
Makna
sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu pada umumnya diharapkan
dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati harkat dan martabat
orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini diharapkan dapat menyadarkan bahwa
dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Namun berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan kami melihat bahwa ada ketidakadilan.
Seperti didaerah A mendapat bantuan alat dan mesin pertanian sedangkan di
tempat kunjungan tidak. Sehingga kami memaknai sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu
bertindak adil dan beradap; mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan
orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan
kewajiban asasi. Sehingga menjamin diakui dan diperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
H. Dokumentasi
Rumah tampak
belakang Rumah tampak depan
Proses
berbincnag-bincang Pemberian santunan
Foto bersama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar